SURAT TERAHIR DARI ALMARHUM SUAMI
SURAT TERAHIR DARI ALMARHUM SUAMI
Malam itu aku pulang dengan wajah kusut. Perusahaan tempatku bekerja, baru saja mengeluarkan surat PHK buatku. Terus terang saja aku stres berat hari itu. Bagaimana caranya aku menjelaskan pada istriku. Pikirku membayangkan istriku akan marah-marah padaku.
Benar saja. Sesampainya aku dirumah, istriku bagaikan singa yang sedang mengamuk dihutan. Dia tidak terima dengan kondisiku saat itu yang baru saja dikeluarkan dari tempatku bekerja akibat perusahaan yang aku kelola telah diambang kebangkrutan. Belum lagi aku harus menanggung malu dihadapan mertuaku. Memang saat itu aku masih tinggal dirumah mertua. Maklum, saat itu aku baru saja menikah dan usia pernikahanku dengan istriku baru berumur 1 tahun.
Kini hari demi hari aku lalui dengan keterasingan dari keluarga ini. Istriku bagaikan mengsuami tirikanku. Sedangkan mertuaku selalu memasang muka masam saat kami berpapasan. Memang sungguh tidak enak jadi pengangguran. Hingga suatu saat, kuputuskan untuk mencari usaha lain yaitu jasa transportasi berkedara roda dua alias mengojek. Tapi apa dapat dikata. Istri dan kedua mertuaku justru semakin membenciku dan aku bagaikan orang asing dirumah ini. Mungkin mereka malu punya menantu seorang tukang ojek kali ya.
Cerita dari istri.
Aku benar-benar kecewa setelah suamiku dipecat. Bagaimana tidak. Jangankan untuk menghidupi keluarga ini, menghidupi aku istrinya saja dia tidak bisa. Dulu sebelum menikah, dia pernah menjanjikan aku rumah mewah untuk kita tempati. Tapi sekarang ini buat makan sehari-hari saja aku harus ikutan nombokin. Sekarang suamiku memulai usaha baru dengan sepeda motor bututnya dikomplek ini. Jelas saja itu membuatku bertambah kesal. Apalagi buah bibir tetangga yang terngiang ditelingaku yang membuatku harus menanggung malu setiap hari terutama ketika aku keluar rumah. Sehingga aku yang tadinya suka ikut gabung dengan ibu-ibu dikomplek sekitar sini, kini aku harus mengurung diri didalam rumah agar terjauh dari gunjingan para tetangga.
Begitulah kira-kira gambaran dari keluarga ini.
Tadinya sang suami yang dicintai oleh sang istri dan dihormati oleh kedua mertuanya, kini semua itu berubah total. Biasanya dulu sang istri selalu menyambut sang suami saat pulang kerja dengan wajah sumbringah, kini sang suami harus menggedor-gedor pintu selama hampir satu jam dan itu pun dibukakan olah mertua diiringi kata "berisik" yang keluar dari mulut sang mertua.
Bukan cuma itu saja. Setiap kali sang suami nyetorin duit hasil kerja kerasnya sehari-hari kepada sang istri, sang suami selalu dilempari dengan kata-kata tajam "uang segini mana cukup buat beli rumah. Buat makan aja pas-pasan." ujar sang istri yang setiap kali membuat sang suami berkecil hati.
Beberapa bulan kemudian.
Sang suami kembali menganggur. Bukan karna kehilangan pekerjaan lagi, melainkan akibat jatuh sakit. Tidak ada satu pun dirumah itu yang tau apa yang diderita sang suami. Dan mungkin saja seisi rumah tidak mau tau dengan penyakit yang diderita suami. Yang jelas, kondisi kesehatan sang suami kian hari kian memburuk dan tak satu pun dirumah itu yang mau mengurusi sang suami.
Hingga suatu hari. Akhirnya sang suami menghadap kepada yang maha kuasa. Ironisnya lagi, seisi rumah justru tampak biasa-biasa saja dan tidak menunjukkan rasa sedang berduka cita
14 hari setelah sang suami meninggal dunia. Saat itu sang istri sedang sibuk beres-beres kamar. Kamar itu dulu adalah kamar pengantinnya dulu dengan almarhum suami. Entah apa yang dipikirkan sang istri saat itu. Tiba-tiba saja dirinya teringak dengan almarhum suaminya. Ada suatu rasa yang aneh saat itu yang membuat sang istri rindu dengan almarhum suami. Iseng-iseng sang istri pun membuka album foto saat mereka menikah dulu. Bahkan sang istri sempat senyum-senyum sendiri saat melihat gambarnya di foto tengah duduk dipelaminan dengan pose sedang saling menyuapi makanan. Nah disitulah sang istri terguncang hatinya. Air matanya pun menetes. Saat dia melihat sepucuk amplop berisikan surat.
“buat istriku tercinta.
Maaf jika suatu hari aku akan meninggalkanmu. Sepertinya badanku ini tidak kuat lagi menampung jiwaku dan kurasakan ajalku akan dekat. Aku selalu membayangkan malaikat maut akan mencabut nyawaku. Dan setiap kali itu terbanyang, aku selalu menangis. Menangis karna akan meninggalkanmu. Aku kira cangkok hati yang aku donorkan waktu itu akan berhasil. Ternyata tuhan berkata lain. Tubuhku tidak kuat menerima dengan hati didalam tubuhku yang sudah tidak normal lagi dan kondisi tubuhku semakin hari semakin memburuk. Didalam amplop ini ada selembar cek hasilku mendonorkan hatiku. Pakailah uang itu. Aku rasa uang itu cukup untuk membeli rumah seperti yang kau mau. Hanya itu yang bisa aku berikan padamu. Aku tau selama ini aku tidak berguna. Tapi aku juga tidak mau menyusahkan. Mungkin dengan apa yang kulakukan ini, akan membukakan hati kecilmu untuk kembali mencintaiku. Sengaja surat ini aku sisipkan dialbum foto pernikahan kita. Karna saat kau sedang merindukanku, saat itu lah aku merasa berguna untukmu.
Selamat tinggal sayang. Aku akan selalu merindukanmu disetiap hari-harimu.
Dari suamimu yang selalu mencintaimu.
KomAr ChaiyaNkkaMmohCelaamannyua. (lebay dikit)”
saat itu juga sang istri berlari keluar rumah menuju makam sang suami. Diatas makam, sang istri tak henti-hentinya menangis dan terus mengucapkan kata "maaf" berulang kali sambil mengusapi papan nisan sang suami tercinta.
0 Response to "SURAT TERAHIR DARI ALMARHUM SUAMI"
Post a Comment